Bom Tragis di Pasar Pronojiwo: Mengenang Korban dan Keberanian Masyarakat Lumajang

MEDIA POPULER

Bom Tragis di Pasar Pronojiwo
Bom Tragis di Pasar Pronojiwo. (Foto: Tangkapan Layar)

Bom Tragis di Pasar Pronojiwo – Pronojiwo, sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, menjadi saksi dari tragedi yang mengerikan pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 21 Juli 1947, pasukan Marinir Belanda mendarat di pantai Pasir Putih Situ Bondo sebagai bagian dari Aksi Polisionel pertama yang dilakukan oleh Belanda. Mereka terbagi menjadi dua kelompok, satu menuju ke Malang dan Lumajang di sebelah barat. Dalam upaya untuk memadamkan perlawanan di wilayah tersebut, mereka melakukan operasi pasifikasi yang seringkali berujung pada tindakan kekerasan yang mengakibatkan banyak korban jiwa.

Sejarah Kelam Aksi Polisionel Belanda di Pronojiwo

Sejarah Kelam Aksi Polisionel Belanda di Pronojiwo
Aksi Polisionel Belanda di Pronojiwo. (Foto: Tangkapan Layar)

 

Pada saat itu, Pronojiwo menjadi kota Kabupaten Lumajang dan menjadi sasaran utama serangan Belanda. Jembatan Geladak Perak yang menjadi penghubung antara timur dan tenggara Gunung Semeru dihancurkan oleh pasukan TNI untuk menghambat kemajuan pasukan Marinir Belanda. Namun, Belanda berhasil memperbaiki jembatan tersebut dan melanjutkan operasinya.

Pengungsian Bupati Lumajang dan Pendirian Volk Devency Kabupaten Lumajang (VDKL)

Akibat serangan Belanda, Bupati Lumajang, Abu Bakar, bersama dengan Patih Sastrodikoro dan pejabat lainnya, terpaksa mengungsi dan pindah-pindah tempat ke barat, untuk mulai dari Penanggalan hingga Dampit, Malang.

Pada tanggal 17 September 1947, Volk Devency Kabupaten Lumajang (VDKL) mendirikan di Perkebunan Jagalan Pedukuhan Sumber Pitu, di Ampelgading, Malang. VDKL menjadi lembaga yang mencerminkan semangat perjuangan rakyat Kabupaten Lumajang, dengan tujuan menciptakan keselarasan antara pemerintah, TNI, dan rakyat dalam perjuangan mereka.

Serangan Mengerikan Belanda di Markas VDKL

Namun, Belanda mengetahui keberadaan markas VDKL di Pronojiwo dan melancarkan serangan mematikan dengan menggunakan pesawat terbang. Tiga bom dijatuhkan, satu di pasar Pronojiwo, yang mengakibatkan banyak warga sipil terluka atau tewas, termasuk perempuan dan anak-anak. Bom lainnya meledak di dekat markas VDKL, sementara bom ketiga yang jatuh di halaman VDKL tidak meledak. Saat itu, Patih Sastrodikoro sedang memimpin rapat di dalam markas.

Letkol Mochammad Sroedji, Komandan Resimen 39/Menak Koncar
Letkol Mochammad Sroedji, Komandan Resimen 39/Menak Koncar

Tokoh militer yang berperan dalam VDKL adalah Letkol Mochammad Sroedji, Komandan Resimen 39/Menak Koncar.

Mengenang Korban: Pendirian Monumen sebagai Tanda Penghormatan

Hingga saat ini, bekas lokasi yang menjadi saksi keganasan serangan Belanda di Pronojiwo dijadikan tempat peringatan. Sebuah monumen didirikan sebagai bentuk penghormatan terhadap korban yang berjatuhan dalam serangan tersebut. Monumen ini melambangkan keberanian dan perjuangan masyarakat Lumajang dalam menghadapi keganasan pasukan Marinir Belanda. Gambar-gambar yang menggambarkan kejadian tragis ini menjadi bukti nyata akan keberanian dan semangat perjuangan rakyat Lumajang.

Tragedi serangan Belanda di Pronojiwo pada tahun 1947 meninggalkan bekas yang mendalam dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia. Pengorbanan dan keberanian masyarakat Lumajang tetap diingat melalui pendirian sebuah monumen sebagai tanda penghormatan. Semoga dengan mengenang peristiwa ini, kita dapat terus menghargai perjuangan para pahlawan dan menjaga keutuhan negara kita.

Editor: Media POPULER

Sumber: Dari berbagai sumber

REKOMENDASI